Review buku

Jumat, 11 Mei 2012

The Taj Mahal Trilogy by Indu Sundaresan

Biografi Penulis
Salah satu penulis perempuan yang berbakat selain Chitra Banerjee Divakaruni yang dimiliki oleh India. Dan keduanya menempuh ilmu di Amerika Serikat serta tinggal di sana. Tak jauh berbeda dengan penulis seniornya, dia memiliki sihir kuat dalam menciptakan sebuah kisah yang mampu membawa pembacanya mengagumi setiap karyanya. Novel yang berhasil melambungkan namanya adalah The Taj Mahal Trilogy atau Trilogi Taj Mahal. Terdiri dari The Twentieth Wife (2000), The feast of Roses (2003) dan Shadow Princess (2010). 
Indu Sundaresan lahir dan dibesarkan di India. Ayahnya, seorang
pilot tempur di Angkatan Udara India, juga seorang pendongeng seperti ayahnya, Kakek Indu. Dia besar dengan cerita mereka dalam berbagai tema-mitologi Hindu dan cerita fiksi gajah dan kuda yang hidup di padang gurun.
Dia datang ke Amerika Serikat untuk sekolah pascarsarjana di University of Delaware dan memiliki dua gelar : M.S dalam riset operasi dan M.A dalam ilmu ekonomi. Dan dia mulai menulis setelah lulus.
Buku The Twentieth Wife (2000), berdasarkan kehidupan Mehrunnisa, Ratu Nur Jahan, adalah kisah dari salah satu wanita yang paling kuat di India. ini adalah novel pertamanya yang diterbitkan. Disusul kemudian dengan  The feast of Roses (2003) ; The Splendor of Silence (2006); In the Convent of Little Flowers (2008) dan Shadow Princess (2010). Karyanya telah diterjemahkan ke dalam 20 bahasa hingga saat ini. 

Trilogi Taj Mahal, 
Musim Dingin 1577 : Seorang bangsawan Persia melarikan diri dari tanah airnya, mengarah ke timur menuju India dan Istana megah Mughal, kesultanan Akbar. Ghias Beg tidak bepergian sendirian, ia memiliki seorang istri yang hamil dan tiga anak yang masih kecil. Ketika keluarganya berhenti di Qandahar -kini dinamakan Afghanistan, di luar istana Mughal- istrinya melahirkan seorang bayi perempuan bernama Mehrunnisa. 
Tiga puluh empat tahun kemudian, anak ini menjadi istri seorang kaisar dan wanita paling kuat dalam dinasti Mughal. Mehrunnisa adalah istri keduapuluh (The Twentieth Wife) kaisar Jahangir, putra Akbar. Seorang wanita yang sangat dicintai suaminya hingga ia memberikan hampir seluruh kekuasaan kedaulatannya. 

Mehrunnisa menandatangani dokumen kekaisaran yang disebut Farmans dan mempunyai koin atas namanya, dan benar-benar mendapatkan kekuasaan selama enam belas tahun pernikahannya dengan Jahangir, dalam Pesta Mawar (The Feast of Roses). Keponakan Mehrunnisa, Arjumand (putri kakaknya dan cucu Ghias) menikahi salah satu dari anak Jahangir, Pangeran Khurram yang menjadi Kaisar Shah Jahan setelah kematian ayahnya. Ketika keponakannya ini meninggal saat melahirkan pada bulan Juni 1631, Shah Jahan membangun Taj Mahal untuk mengenangnya.

Tetapi cucu keponakan Mehrunnisa (cicit Ghias), Putri Jahanara yang mengambil peran penting dalam novel ketiga dari trilogi, Shadow Princess. Dia berumur tujuh belas tahun ketika ibunya meninggal dan ayahnya, yang dalam kesedihannya, bersandar pada dirinya sampai-sampai dia tidak pernah diperbolehkan untuk menikah. Sepanjang hidupnya, Jahanara harus menenangkan perang antar saudara yang masing-masing ingin tahta ayah mereka, dan terlibat dalam persaingan dengan saudara perempuannya, Roshanara - dalam mendukung saudara-saudara laki-laki mereka yang berbeda secara politik, dan jatuh cinta dengan bangsawan yang sama di istana, Najabat Khan.
Mempunyai kekuatan penuh dalam harem ayahnya, sangat kaya dengan setengah tanah milik ibunya yang diberikan kepada dia dan semua pendapatan tahunan ibunya, Jahanara masih gagal mengubah jalannya sejarah India dan harus menemukan cinta Najabat Khan dalam cara yang tidak konvensional.

Itulah sedikit ulasan tentang buku Trilogi Taj Mahal. Dalam post berikutnya akan diulas satu persatu dari buku tersebut, karena tidaklah cukup dalam ulasan singkat ini bisa menggambarkan keindahan dari masing-masing buku tersebut. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar